Berita-esport – Esports Rocket League Memiliki Masalah Keberlanjutan?
Keberlanjutan dalam esports kini menjadi topik hangat yang tak bisa diabaikan. Berbagai masalah seperti pemutusan hubungan kerja, penutupan divisi tim. Hingga penyesuaian fokus untuk lebih memprioritaskan game tertentu, mengisyaratkan bahwa industri esports tengah berupaya keras untuk menemukan kestabilan finansial. Dan kini, masalah yang sama juga mengancam esports Rocket League, khususnya di ajang Rocket League Championship Series (RLCS).
Munculnya Isu Keberlanjutan di Rocket League
Isu keberlanjutan di Rocket League pertama kali mencuat ke permukaan pada bulan lalu ketika Team BDS. Tim esports asal Swiss yang baru saja menjadi juara dunia RLCS, mengumumkan bahwa mereka sedang meninjau kembali. Investasi dan posisi mereka di ekosistem kompetitif Rocket League. Mereka menyebutkan bahwa salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya profitabilitas jangka panjang. Sebagai akibatnya, beberapa pemain kunci dari tim juara mereka meninggalkan organisasi tersebut. Fokus tim kini akan beralih ke pengembangan bakat muda.
Pengumuman dari Team BDS ini memicu reaksi dari berbagai organisasi besar lainnya seperti TSM, G2 Esports, dan lainnya. Yang juga menyuarakan keprihatinan mereka tentang masalah keberlanjutan dalam esports Rocket League. Hal ini cukup mengejutkan, mengingat jarang sekali tim-tim besar berbicara terbuka tentang kesulitan mereka dalam ekosistem esports.
Masalah Keberlanjutan: Dari Profitabilitas Hingga Dukungan Penerbit
Salah satu keluhan utama yang dihadapi oleh organisasi-organisasi esports adalah tingginya biaya operasional untuk menjalankan tim Rocket League yang kompetitif. Saat ini, biaya tersebut sangat besar, sementara pendapatan yang dihasilkan dari kompetisi dan sponsorship sering kali tidak sebanding. Tim seperti G2 Esports bahkan harus mengandalkan sponsor besar untuk menjaga keberlangsungan divisi esports mereka.
Baca Juga : M6 Mobile Legends World Championship Event Carnaval
Esports Rocket League Memiliki Masalah Keberlanjutan?
Selain itu, ada juga keluhan mengenai kurangnya dukungan dari Psyonix, penerbit Rocket League, serta BLAST, penyelenggara turnamen RLCS. Sebagaimana diungkapkan oleh Alban Dechelotte, CEO G2 Esports. Dukungan yang mereka terima hanya menutupi sekitar 20% dari biaya operasional untuk menjalankan tim tingkat atas (Tier 1).
Namun, meski Psyonix telah memperkenalkan inisiatif item dalam game sebagai cara untuk memberi peluang pendapatan bagi tim-tim RLCS. Banyak yang merasa bahwa hal itu belum cukup. Psyonix menawarkan bagi hasil dari pembelian item dalam game, seperti stiker dan decal tim. Namun sistem ini terbatas pada tim yang terpilih, yang berbeda dengan sistem di game lain seperti Counter-Strike. Di mana semua tim yang berkompetisi di Major bisa mendapat bagian dari pendapatan tersebut.
Peningkatan Hadiah dan Peluang di Masa Depan
Meski begitu, ada beberapa tanda positif. BLAST, penyelenggara turnamen RLCS, baru-baru ini mengumumkan peningkatan total hadiah pada 2025 menjadi $5 juta, naik sekitar $700.000 dari tahun sebelumnya. Meskipun demikian, sebagian besar hadiah ini akan dibagikan kepada pemain, yang berarti tim hanya mendapatkan persentase kecil dari total hadiah.
Untuk musim 2025, BLAST juga berencana untuk bekerja sama dengan penyelenggara turnamen pihak ketiga, yang diharapkan akan membuka lebih banyak peluang kompetitif bagi tim dan pemain. Hal ini tentu saja bisa membantu meningkatkan visibilitas dan kesempatan bagi tim yang lebih kecil atau kurang dikenal.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Walaupun tantangan keberlanjutan ini nyata, penting untuk diingat bahwa Rocket League tetap menunjukkan angka penonton yang stabil. Pada 2023, esports ini mencatatkan rekor penonton tertinggi dengan 468.292 penonton, dan meskipun sedikit menurun pada 2024 dengan 435.503 penonton, angka tersebut tetap menunjukkan bahwa Rocket League memiliki basis penggemar yang setia.
Psyonix, melalui Epic Games, sebagai perusahaan induknya, juga berkomitmen untuk mendukung RLCS dengan format baru pada 2025, termasuk meningkatkan kesempatan bagi pemain di luar musim kompetisi utama dan memperkenalkan sistem kualifikasi terbuka.
Meskipun jalan menuju keberlanjutan masih panjang, apa yang jelas terlihat adalah semangat dari tim-tim besar seperti Team BDS, G2 Esports, dan TSM, yang tidak hanya berjuang untuk keuntungan mereka, tetapi juga untuk keberlanjutan ekosistem Rocket League itu sendiri. Mereka berusaha keras untuk membuat esports Rocket League tetap relevan dan berkembang di tengah tantangan yang ada.
Sumber : Esports Insider